Konstruksi Bendung

1. Bendung

Bendung atau “weir” adalah suatu bangunan sungai yang ditujukan untuk meninggikan elevasi muka air, disebelah hulu bangunan dan kemudian memanfaatkannya untuk suatu keperluan.Bendung ini dibuat melintang pada sungai untuk menghasilkan elevasi air minimum, agar air tersebut bisa dielakkan masuk ke jaringan irigasi. Konstruksi bangunan dengan menggunakan pasangan batu kali atau beton.
Pada bendung tetap, elevasi muka air di hulu bendung berubah sesuai dengan debit sungai yang sedang melimpas (muka air tidak bisa diatur naik ataupun turun). Bendung tetap biasanya dibangun pada daerah hulu sungai. Pada daerah hulu sungai kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih curam dari pada di daerah hilir. Pada saat kondisi banjir, maka elevasi muka air di bendung tetap (fixed weir) yang dibangun di daerah hulu tidak meluber kemana-mana (tidak membanjiri daerah yang luas) karena terkurung oleh tebing-tebingya yang curam.

a. Lebar Bendung
Lebar bendung adalah panjang bagian bendung yang terlintas air. Lebar bendung pada umumnya sama dengan lebar sungai rata-rata sungai di daerah lokasi bendung dikurangi dengan fasilitas bangunan pembilas. Lebar bendung harus dirancang dengan memperhatikan kemampuan peluapan bendung terhadap debit rancangan
Lebar maksimum bendung tidak lebih besar dari 1,2 kali lebar rata-rata sungai pada ruas yang stabil. Lebar efektif mercu, hubungannya dengan lebar mercu yang sesungguhnya.

b. Tinggi Bendung
Yang dimaksud dengan tinggi bendung adalah tinggi tubuh bendung dihitung dari dasar pondasi sampai ke mercu bendung. Tinggi tubuh bendung dari dasar sungai ditetapkan berdasar elevasi muka air rancangan, lebar bendung, serta elevasi dasar sungai.
Tinggi bendung harus ditentukan dengan mempertimbangkan :
1. Kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan perbedaan tinggi tekan
2. Kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan, baik di bangunan pembilas atau kantong sedimen.
3. Tinggi muka air genangan yang terjadi di hulu bangunan pada debit banjir rencana, dan panjang mercu.
4. Kesempurnaan aliran pada bendung, bangunan pengambilan dan mercu bendung.
5. Kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bendung.

c. Mercu/Pelimpah (spillway)

Pelimpah berfungsi untuk menaikkan elevasi muka air. Elevasi puncak pelimpah direncanakan berdasarkan banyak hal antara lain : elevasi muka air rencana di bangunan bagi paling hulu, kehilangan tinggi energi pada alat ukur, kehilangan tinggi energi pada pengambilan saluran primer, kehilangan tinggi energi pada pengambilan, faktor keamanan dan kemiringan saluran antara bangunan intake dengan bangunan bagi paling hulu.
Ada beberapa macam profil pelimpah antara lain : pelimpah profil bulat, pelimpah profil Bazin, pelimpah profil Modified Creager, pelimpah menurut standar WES (Waterways Experiment Station) serta banyak lagi bentuk profil lainnya.
Bentuk dan elevasi mercu bendung harus ditetapkan dengan mempertimbangkan besarnya koefisien debit yang diharapkan terjadi dengan adanya bentuk mercu tersebut. Selain itu bentuk mercu bendung harus sedemikian gaya gravitasi atau pengisapan sekecil mungkin.
Mercu bendung harus didesain sederhana sesuai dengan kriteria desain untuk memudahkan pelaksanaan; bentuk mercu dapat didesain berupa mercu bulat (dengan satu atau dua radius) atau ambang lebar; kriteria deasain yang dimaksud menyangkut parameter aliran, debit rencana kapasitas limpah, kemungkinan kavitasi/pengisapan dan benturan batu.
Bentuk mercu yang disarankan (lazim dipakai di Indonesia) adalah seperti disketsakan pada gambar berikut :



2. Bangunan Sadap


Bangunan sadap adalah sebuah bangunan yang digunakan untuk menyadap / mengambil air dari saluran primer ke saluran sekunder/tersier dan atau dari saluran sekunder ke saluran tersier.
Bangunan sadap akhir adalah bangunan pembagi air pada bagian akhir dari saluran sekunder dimana debitnya disadap habis oleh saluran-saluran tersier.

a. Letak Bangunan Sadap
1. Bangunan sadap untuk menyadap aliran dari saluran primer ke saluran sekunder disebut bangunan sadap sekunder, terletak di saluran primer.
2. Bangunan sadap untuk menyadap aliran dari saluran sekunder ke saluran tersier disebut bangunan sadap tersier terletak di saluran sekunder.
3. Bangunan sadap akhir terletak di bagian akhir saluran sekunder

b. Persyaratan dan Pengukur Debit
1. Persyaratan untuk bangunan sadap dan untuk pengukur debit pada bangunan sadap sama dengan pada bangunan-bangunan bagi.
2. Bangunan sadap yang mengambil air dari saluran sekunder ke saluran tersier dapat tanpa bangunan peninggi muka air, yang biasanya dibuat tanpa gorong-gorong dan dengan mengggunakan gorong-gorong.

c. Bangunan sadap sekunder
1. Bangunan sadap sekunder akan memberikan air ke saluran sekunder dan akan melayani lebih dari satu petak tersier. Kapasitas bangunan-bangunan sadap ini lebih dari 0,25 m3/detik.
2. Pemilihan tipe bangunan pengukur debit pada bangunan sadap sekunder tergantung pada ukuran saluran sekunder yang akan diberi air serta besarnya kehilangan energi yang diijinkan.
3. Untuk kehilangan tinggi energi kecil, alat ukur Romijn dipakai hingga debit sebesar 2 m3/detik. Dalam hal ini dipaki dua atau tiga pintu Romijn yang dipasang bersebelahan. Untuk debit yang lebih besar, harus dipilih pintu sorong yang dilengkapi dengan alat ukur yangh terpisah yaitu alat ukur ambang lebar.
4. Bila tersedia kehilangan tinggi energi yang memadai, maka dapat dipakai alat ukur Crump de Gruyter. Bangunan ini dapat direncanakan dengan pintu tunggal atau banyak pintu dengan debit sampai sebesar 0,9 m3/detik.
d. Bangunan sadap tersier
1. Bangunan sadap tersier akan memberikan air pada petak-petak tersier. Kapasitas bangunan sadap ini adalah alat ukur Romijn, jika mulai air hulu diatur dengan bangunan pengatur dan jika kehilangan tinggi energi menjadi masalah.
2. Bila kehilangan tinggi energi tidak begitu menjadi masalah dan muka air banyak mngalami fluktuasi, maka dipilih alat ukur Crump de Gruyter. Harga debit Q maks / Q min untuk alat ukur ini lebih kecil daripada harga alat ukur debit Romijn.
3. Pada saluran irigasi yang harus tetap memberikan air selama debit sangat rendah, alat ukur Crump de Gruyter lebih cocok, karena elevasi pengambilannya lebih rendah daripada elevasi pengambilan pintu Romijn. Pemakaian beberapa tipe bangunan sadar tersier sekaligus di satu daerah irigasi tidak disarankan karena menyulitkan transportasi.

3. Bangunan Ukur

Bangunan ukur berfungsi untuk mengukur besarnya debit aliran dan dipasang pada hulu saluran primer, pada cabang saluran dan pada bangunan sadap tersier.
Tujuan Bangunan Ukur dalam jaringan irigasi adalah :
a. Untuk menghasilkan penggunaan air irigasi yang efisien di tingkat petani yang disesuaikan dengan kebutuhan air tanaman
b. Untuk penelitian terapan dalam evaluasi tingkat efisiensi penggunaan air irigasi permukaan, misalnya rembesan/bocoran di saluran, debit yang diperlukan, panjang alur (furrow), ukuran border dan sebagainya
c. Untuk keperluan iuran pelayanan air irigasi diperlukan alat ukur untuk menetapkan jumlah air yang telah digunakan dan besarnya iuran air yang harus dibayar oleh pemakai air tersebut Pengukuran debit air penting dilakukan, terutama untuk pembagian air pada saat musim kemarau, agar pemakaian air dapat seefisien mungkin.

Comments

Popular posts from this blog

Pengenalan Gambar Teknik

Gambar Pra Rencana

Peralatan dan Perlengkapan Gambar